Lari. Lari. Lari!
Ayunkan kaki-kaki kebasmu sekuat tenaga, secepat
yang kau bisa.
Cepat. Cepat. Cepat!
Jangan menoleh, Bodoh!
Bukan saatnya memperhatikan
sekelilingmu. Tidak. Pohon-pohon keriput tua itu sudah ada di situ setiap
hari. Kau tak perlu melambat karena ketakutan pada pepohonan yang setiap
hari terlihat dari jendela kamarmu. Saat ini, kau hanya boleh takut pada
purnama yang menggantung. Dan, perhatikan arahmu!
Lompat! Lompati setiap akar yang melintang. Hindari
setiap ranting rendah yang menghadang. Rundukkan tubuh. Jangan keluar dari bayang-bayang.
Perhatikan arahmu!
Lari. Lari. Lari. Terus berlari.
Dengus napasmu serupa ikan terdampar di daratan.
Keringatmu membanjir tapi kau tak perlu berhenti untuk mengelapnya. Tidak. Tak
boleh berhenti.
Kau mendengar itu? Degup jantungmu seolah hendak
melontar keluar. Dan, keberanianmu pun tercerabut dari akarnya. Tercabik dan
tercincang tanpa kau sanggup mengelak.
Kau berlari. Berlari. Melompat. Menerjang setiap
semak, setiap ranting rendah dalam lindungan bayang-bayang muram.
Jantungmu terasa meledak saat auman itu sampai di
telingamu. Dari suatu tempat di kejauhan. Suaranya menelan malam. Menyisakan
gigil. Dan, kau merasakan telingamu sakit luar biasa. Seperti benang-benang tak
kasat mata telah menjahitnya sedemikian rupa. Menariknya hingga memanjang melewati rambutmu
Tulang-tulangmu remuk. Berkeletak dan berlepasan.
Membesar dan mengecil. Kau semakin panik. Kau limbung. Kedua kakimu melemas.
Kau tersungkur. Terjatuh bertopang kedua tanganmu. Dan, bulu-bulu merobek
pakaianmu. Kau mulai berderap. Atau, merangkak? Atau, justru berlari? Kau tak peduli
lagi. Tak perlu peduli.
Kau terus berlari. Mengabaikan sakit saat wajahmu
tertarik ke depan. Saat kedua matamu semakin menajam. Dan, gigi-gigimu
memanjang. Saat ribuan bau menusuk hidungmu. Membuatmu limbung. Membuatmu
bingung. Dan..., kuku-kuku tajam menyaruk-nyaruk tanah.
Kau mendesis. Kau menggeram. Dengus napasmu kian
memburu. Memacu jantungmu berdetak lebih cepat. Kau takut. Sekaligus marah.
Kau lapar. Kau haus. Kau melompat. Mengejar bau-bau. Memilahnya. Memilihnya.
Bau yang manis. Aroma manis yang kauinginkan.
Itu dia! Kau mendapatkannya. Kau menyambarnya. Meremukkannya. Melumatnya. Menarik lepas setiap bagian-bagiannya. Itu dia.
Manis. Merah. Pekat. Menetes menggairahkan. Kau benci tapi kau ingin. Kau
menikmati setiap sesapan.
Kau berteriak. Melolong menelan kelam. Kau kesal.
Kau marah. Kau takut dan gelisah. Kau… telah meninggalkan bayang-bayang.
Kau tertangkap. Kau terperangkap. Kau… Anak Purnama yang tersesat.
***
Hazuki Auryn
Rabu, 24 April 2013
FF Terbaik PEDAS - Penulis dan Sastra
ini pov 2 kah?
ReplyDeleteIya, Kak. ^^
Delete