![]() |
Happy New Year! |
Natal hampir selalu menjadi perbincangan hangat terutama di
kalangan Muslim di Indonesia. Tentang toleransi, tentang akidah, dan
sebagainya. Ada yang menyatakan boleh mengucapkan selamat Natal, ada pula yang
menentang keras hal tersebut—sebab dikhawatirkan merusak akidah. Dasarnya,
terutama sekali dari QS Al-Kafirun yang bunyinya: “Katakanlah, ‘Wahai
orang-orang Kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu
bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu
agamamu, dan untukku agamaku.’ ”
Ayat tersebut diturunkan oleh Allah sebagai jawaban ketika
kaum Quraisy mendatangi Nabi dan melakukan semacam negosiasi agama: mereka akan
melakukan sebagian ibadah dalam agama Islam jika Nabi melakukan sebagian ibadah
agama mereka. Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad tidak akan pernah
menyembah apa yang disembah kaum kafir Quraisy—yaitu berhala—dan bahwa agama
mereka tersebut adalah untuk mereka. Tegasnya, tidak ada pencampuradukan ibadah
antara agama Islam dan agama selain Islam.
Lalu, apakah mengucapkan selamat Natal sama dengan
pencampuradukan ibadah? Pada bagian inilah banyak kalangan berbeda pendapat.
Akan tetapi, saya tidak akan membahas ini, biarlah mereka yang berilmu yang
membahasnya, hehehe….
Omong-omong tentang Natal yang diperingati sebagai hari
kelahiran Yesus, dalam Islam juga ada peringatan serupa, lho. Apa lagi kalau
bukan Maulid Nabi Muhammad? Cuma beda sebutan, tetapi isinya sama yaitu untuk memperingati kelahiran seseorang yang
dimuliakan dalam agama. Bahkan, bukan cuma Yesus dan Muhammad, dalam agama
Buddha ada Waisak atau Buddha Purnima yang merupakan peringatan untuk kelahiran
Pangeran Siddharta, pencapaian Siddharta atas Penerangan Agung dan menjadi
Buddha, serta wafatnya Buddha Gautama—tiga peristiwa ini dinamakan “Trisuci
Waisak”. Sementara itu, dalam Hindu aliran Waisnawa—pengikut Wisnu—ada pula Krishna Janmashtami untuk merayakan kelahiran Krishna yang dipercaya sebagai awatara
Wisnu.
“Ah, tapi kelahiran Yesus bukan Desember.”
Terus kenapa? Kita juga terkadang merayakan Mauild Nabi satu
bulan lebih cepat atau lebih lambat, lho.
“Tapi, Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan merupakan Nabi
terakhir sedangkan Yesus adalah….”
… juga utusan Allah. Begitu pula dengan Buddha, begitu pula
dengan tokoh-tokoh dalam agama lain yang menyerukan kebaikan. Memangnya Gusti
Allah menciptakan “orang baik” atau “orang suci” hanya di Arab, hayoloh…? :D
Padahal, jelas-jelas dalam Al-Qur’an ada surat An-Nahl ayat
36 yang berbunyi: “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap
umat, ‘Sembahlah Allah dan jauhilah taghut,’
kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang
tetap dalam kesesatan. Maka, berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang yang mendustakan.”
“Tapi, ayat itu patah setelah Muhammad diutus menjadi Rasul
terakhir.”
Ah… obrolan tentang agama memang enggak ada habisnya. Adaaa…
saja yang inilah, itulah, seharusnya beginilah, seharusnya begitulah,
sampai-sampai kita lupa bahwa penilaian keimanan seseorang adalah hak milik
Allah, hanya Dia yang Maha Mengetahui sebagaimana tercantum dalam QS An-Nahl
ayat 125 yang berbunyi, “Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
Kembali lagi, apakah mengucapkan selamat Natal atau Waisak
atau Krishna Janmashtami berarti mencampuradukkan ibadah? Apakah mengucapkan
Natal berarti mengakui bahwa Yesus putra Allah? Jawabnya, hanya masing-masing
individu dan Allah-lah yang tahu, sebab keimanan yang ada dalam hati seseorang,
hanya dirinya sendiri dan—seperti pada QS An-Nahl ayat 125 di atas—Allah yang
tahu.
![]() |
QS An-Nahl: 125 |
Lalu, bagaimana? Ya…, enggak bagaimana-bagaimana, sih. Al-Qur’an
sendiri mengakui keberagaman di muka bumi dan bahwa ada agama-agama lain,
tetapi yang terpenting adalah…
QS Al-Hujurat ayat 13:
“Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang bertakwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
QS Al-Maidah ayat 48:
“Dan Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan
menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah
dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang
telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang
dahulu kamu perselisihkan.”
QS Al-Baqarah ayat 62:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,
orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi’in, siapa saja yang beriman kepada
Allah dan hari akhir dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
QS AL-An’am ayat 108:
“Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas
tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka. Kemudian, kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.”
Kesimpulannya?
Ternyata, Al-Qur’an menyeru kita untuk saling mengenal,
bertakwa, berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan, beriman kepada Allah dan hari
akhir, serta tidak memaki sesembahan orang yang menyembah selain Allah. Soal siapa
yang sesat dan siapa yang mendapat petunjuk? Ternyata, Dialah yang lebih mengetahui
siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk. Terus, kalau begitu, kok, banyak dari kita yang sibuk
menuding kesesatan seseorang? Ya…, itulah manusia, tempatnya salah dan lupa, hehehe….
![]() |
Bhinneka Tunggal Ika - Kakawin Sutasoma |
Terakhir, mari kita tengok semboyan bangsa kita, “Bhinneka
Tunggal Ika,” atau lebih lengkapnya, “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrwa,” yang artinya…
“Berbeda itu satu jugalah itu, tidak ada kerancuan dalam kebenaran.”
Selamat menyambut tahun baru 2020! ^^
- Semua gambar latar pada unggahan ini bersumber dari Pixabay.
mengucapkan selamat itu termasuk perbuatan baik?
ReplyDelete"selamat" apa, nih?
Delete"Selamat, ya, kebodohanmu naik satu tingkat!" jelas bukan perbuatan baik karena itu mengejek. 😁
Jadi, "selamat" untuk apa dulu?